Rabu, 14 Agustus 2013

Fatal Frame 4 - K-Pop Ver. (Yoochun's POV) [Chapter 0]

Title : Fatal Frame 4 –K-Pop Ver.
Author : Cho Luna Kuchiki  (sapphirebluesjworld.blogspot.com) & FauxDFausey (Kalo collab saya berani nge post di sini xD)Disclaimer : Semua karakter yang ada di dalamnya milik pribadi, manajemennya, dan orang tua. Sedangkan Fatal Frame milik Tecmo. Author hanya punya fanfic abal ini =3=Warning: gaje, abal, OOC akut, sho-ai, typo(s), alur nyontek(?), kecepatan akut, dsb.

Fatal Frame 4Chapter 0 : First Blossoms (Park Yoochun)

Langkah kedua namja itu terdengar beriringan. Di sekeliling mereka, terasa suasana sebuah bangunan tua – dinding kotor, lilin-lilin tua yang secara ajaib terus menyala, perabotan yang berdebu dan tidak terawat, dan suara deritan, yang tercipta saat mereka menyentuh, atau menggunakan salah satu benda-benda yang ada. Namja yang berada di depan tampak mengarahkan senternya ke berbagai arah – berusaha mencari benda yang mampu mengembalikan memori masa kecilnya – yang hilang karena suatu alasan – yang bahkan ia sendiri pun lupa. Nampaknya itulah alasan kedua namja itu berada di sini, di dalam sebuah rumah sakit tua di Pulau Rougetsu.

“Yoochunie, apakah kau mengingat sesuatu?”, tanya namja yang memegang senter kepada namja yang berada di belakangnya – yang tampaknya dipanggil sebagai ‘Yoochunie’.
“Ani, kejadian itu sudah terlalu lama untuk diingat…”, jawab namja di belakangnya pelan.
“Kita berenam pernah berfoto di sini bersama – di dalam rumah sakit ini.”, ucap namja yang berjalan di depan itu, nampak berusaha mengingat sesuatu.
“Ne…”, balas Yoochun lirih. Ia terdiam sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan. “Junsu-ie, apa kau yakin datang ke sini adalah ide yang baik?"
"Bangunan ini adalah bangunan yang ada di foto itu..Tapi tetap saja, aku tak bisa mengingat apapun", ucap namja yang dipanggil 'Junsu-ie' tersebut, tak berniat menjawab pertanyaan Yoochun.
"Sebaiknya kita kembali sa..", ucap Yoochun, namun sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Junsu telah memotong ucapannya.
"Sudahlah, lakukan saja apa yang kukatakan!", potongnya. Yoochun menundukkan kepalanya perlahan, tak mampu membalas perkataan Junsu. "Atau kau ingin berakhir seperti Zhoumi dan Henry?", ucap Junsu, mengingatkan Yoochun pada nasib kedua sahabatnya itu - meninggal dengan wajah hancur, seolah kulitnya ditarik-tarik ke segala arah dan tangan yang menutupi kedua mata.

"Kita-lah korban berikutnya.", ucap Junsu, menyadarkan Yoochun dari lamunannya. "Kita berenam yang dulu diculik, satu persatu, kita akan.."
"Hentikan!", teriak Yoochun, memotong perkataan Junsu. Junsu hanya membalikkan badannya membelakangi Yoochun, lalu melangkahkan kedua kakinya untuk melanjutkan perjalanan mereka yang terhambat. Yoochun terdiam, menatap ragu ke arah Junsu.
'Hal itu mengingatkanku akan...Perasaan ini....'

Seseorang tampak menarik tangan Yoochun paksa ke suatu tempat. Yoochun, yang saat itu masih berumur lima tahun, hanya bisa memberontak - sambil berteriak. "Kemana kau akan membawaku? Berhenti menyeretku! Jangan bawa aku!"



----



Orang itu memegang sebuah topeng – yang terbuat dari kayu. Topeng itu diarahkannya ke wajah Yoochun – berusaha memakaikannya.



----



Di bawah sinar bulan, tampak enam namja – semuanya terlentang – pingsan, membentuk sebuah lingkaran, mengelilingi seorang namja lainnya, yang juga pingsan dengan pose yang sama.



----


“HENTIKAN!”, teriak Yoochun. Dan dengan teriakannya itu, kilasan – kilasan itu berhenti. Kilasan – kilasan.. masa lalunya? Entahlah. Yoochun menatap ke arah depan, menatap ke arah tubuh... Junsu?
Yoochun tersentak. “Junsu?”, panggilnya, berharap Junsu akan muncul dari suatu tempat. Namun harapannya tak terjadi, yang ada di aula besar tersebut hanyalah dirinya. Sendirian. Tanpa senter.. Bagaimana Junsu bisa meninggalkannya? Saat ini ia tidak mempersalahkan itu – yang penting sekarang waktunya untuk mencari Junsu.

Yoochun berjalan ke arah kanannya, berusaha membuka pintu yang ada. Dikunci. Sial. Ia menatap tangga di sebelah kirinya. Gelap. Tanpa senter ia takkan bisa melihat apapun, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga itu. Akhirnya ia berjalan ke sebuah meja kecil di dekat jendela yang menarik perhatiannya – karena adanya beberapa helai foto yang ada di meja itu. Ia mengambil salah satunya – tak bisa dilihat, foto ini terlalu tua. Ia akhirnya berjalan ke arah kanannya hingga ia melihat suatu lorong yang diterangi sinar bulan di sebelah kirinya. Ia baru akan memasuki lorong tersebut ketika dilihatinya siluet Junsu di tengah lorong tersebut – berjalan menjauhinya. 

“Junsu!”, panggilnya. Namun Junsu tak berbalik, ia hanya terus berjalan menjauhi Yoochun, seolah tak mendengar panggilannya. Lalu hilang di ujung jalan. Yoochun mengikutinya dengan perasaan heran – bagaimana bisa Junsu menghilang? Di ujung jalan tersebut, Yoochun melihat ada jalan di sebelah kanannya. Ia memasukinya -  lalu ia melihat sebuah pintu besar. Ia berusaha membukanya. Lagi-lagi dikunci. Akhirnya ia menelusuri lorong tersebut – lalu membuka sebuah pintu kecil di ujungnya. Di lantai, ada sebuah senter. Senter milik.. Junsu.

 ‘Bukankah.. Ini senter milik Junsu? Tapi, dimana dia?’, pikirnya bingung. Ia mengambil senter tersebut, lalu baru akan melanjutkan jalannya ketika tiba-tiba dia melihat Junsu jauh di depannya, memasuki sebuah ruangan, lalu pintu itu terbanting keras. 

”Junsu? Junsu!”, panggilnya keras. Ia berlari menyusul Junsu. Berusaha membuka pintunya. Fuck, dikunci! Ia melihat ke samping kanan pintu tersebut. Sebuah papan kayu tergantung di situ, menampakkan sebuah tulisan “Museum Dr. Kim Kibum”. Di sebelahnya lagi, sebuah kertas kecil ditempelkan di dinding. Kertas itu bertuliskan “Jika ingin memasuki museum Dr. Kibum, harap hubungi Management Office Natsuha di lantai 2. Terima Kasih.”.

‘Mungkin kuncinya ada di situ...’, pikirnya sambil berjalan kembali ke arah tangga yang tadi dilihatnya. Namun, sesampainya di depan tangga, ia melihat bayangan seorang perawat menaiki tangga tersebut.
“Nugu...?”, ucapnya bingung. Apa rumah sakit ini masih memiliki pasien? Tapi kenapa gelap sekali? Apalagi rumah sakit ini terlihat sangat kuno, seolah tak ada yang memakainya selama puluhan tahun.
Memutuskan untuk tak peduli, akhirnya Yoochun menaiki tangga tersebut. Sesampainya di atas, ia menuju ke arah kanannya. Entah kenapa, nalurinya seolah menuntunnya untuk menuju ke sana. Ia kembali menemukan sebuah lorong di sebelah kirinya. Setelah hampir sampai di ujung, mendadak bayangan perawat itu muncul kembali. Memasuki sebuah pintu di ujung lorong, kemudian sang pintu kembali terbanting. Yoochun mengikutinya, memasuki ruangan tersebut. Ia berjalan lurus hingga ia melihat sebuah ruangan kecil – yang lebih terlihat seperti loket – yang  di kacanya ditempeli stiker bertuliskan “Management Office Natsuha, 2F

“Akhirnya”, ucap Yoochun pada dirinya sendiri. Ia melangkah maju, mendekat pada ruangan itu – tetapi langkahnya terhenti saat ia melihat bayangan sang perawat di balik kaca yang menutupi separuh lebih ruangan itu. Perawat itu rupanya sedang duduk. Dan ia menyadari bahwa rupanya sang perawat sedang menatapnya dengan wajah yang penuh luka – seperti luka sayatan sambil menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Setelah itu, sang perawat tersebut hilang tanpa jejak. 

Yoochun menatap kaget ke arah loket tersebut. Setelah menelan ludahnya karena merasa sedikit takut, ia pun melanjutkan jalannya, memasuki ruangan yang -menurutnya- menyimpan kunci menuju ruangan tempat Junsu pergi. Pertama-tama, Ia mendengar sebuah suara “Ngiiing” dari sudut ruangan itu. Rupanya itu adalah suara intercom yang belum dimatikan. Ia segera mematikan intercom tersebut, karena suara “Ngiiing”-nya itu sangat menganggu sekali. Ia kemudian melihat ke arah sebuah meja di sebelah kanan ruangan, dan mengambil sebuah memo yang tergeletak di atasnya._________________________________________________________________________________


Suster Ryeowook,
Aku meninggalkan kunci cadangan Museum Dr. Kibum di mejaku untukmu.Jangan lupa untuk mengunci pintu museum di malam hari, karena banyaknya benda berharga dalam museum.
                                                                                                                 dr. Yesung_________________________________________________________________________________


Merasa mendapat petunjuk, Yoochun segera mencari kunci yang disebutkan dalam memo tadi. Ia menelusuri seluruh meja yang ada di dalam ruangan itu – karena ia benar-benar yakin bahwa kunci itu ada di dalam ruangan yang sedang ia masuki. Setelah beberapa saat mencari, ia menemukan kunci itu di atas meja yang terletak di sebelah kiri ruangan. Kunci itu memiliki corak tumbuhan ivy dan tulisan “Museum Dr. K” yang terpahat di pegangannya.

Ia segera mengambilnya dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Namun, baru tiga langkah ia berjalan, mendadak speaker yang digantungkan di dinding dekat Management Office itu menyala dengan  kerasnya, melantunkan sebuah nada yang rupanya dikenali oleh Yoochun...

‘Suara ini...’, batinnya. Ia segera berlari ke arah pintu yang berada di depannya, walaupun sedikit jauh. Kemudian, saat akan membuka pintu, tanpa ia sadari di belakangnya  muncul sesosok yeoja dengan gaun tidur bewarna hitam kemerahan dengan renda yang menghiasi bagian bawah gaun tersebut serta bagian kerahya. Yeoja itu menggumam dengan suara yang sangat pelan, sehingga Yoochun tidak menyadari keberadaannya.

‘Perasaan apa ini..’, batin Yoochun yang tiba-tiba diterpa hawa tak mengenakkan karena kemunculan mendadak sesosok yeoja di belakangnya. Yoochun segera membuka knop pintu – takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

“Blam!”. Yoochun membanting pintu itu. Suara itu pun entah kenapa terhenti begitu ia menutup pintu tadi. Suasana dalam ruangan yang ditempati Yoochun saat ini sangat sepi, berbanding terbalik dengan suasana sebelum Yoochun memasuki ruangan ini. Sesaat ia terdiam, berusaha mencerna kejadian yang baru menimpanya.

‘Melodi itu... Perasaan itu... Aish, aku tak dapat mengingatnya! Aku tak ingin mengingatnya! Aku harus segera keluar dari sini.. Aku harus segera menemukan Junsu!’

Dengan pikiran itu, Yoochun kembali berjalan, menyusuri tempat-tempat yang tadi dilewatinya, kembali ke Museum Dr. Kibum. Namun, baru saja ia hendak membuka pintu tersebut, ia melihat sesosok yeoja, mengenakan sebuah dress coklat, menatap keluar jendela yang ada di depannya. Sejenak kemudian, yeoja tersebut menolehkan kepalanya, menatap ke arah Yoochun. Yoochun tersentak. Keadaan wajah yeoja itu.. persis seperti wajah Zhoumi dan Henry saat meninggal! Ia segera membuka pintu museum yang ada di depannya dan berlari masuk, lalu menutup pintu tersebut cepat.

Baru saja ia hedak bernapas lega, mendadak di balik kaca yang terdapat di pintu tersebut menampakkan sosok yeoja tadi, mengintip ke dalam museum tersebut. Mencoba bersembunyi, Yoochun segera mendudukkan dirinya di bawah pintu tersebut, berharap yeoja tadi tak menyadari keberadaannya. Sejenak kemudian, yeoja tersebut menghilang.

Yoochun berdiri. Ia berjalan ke tengah ruangan tersebut, melihat ke sekelilingnya. Mencari keberadaan Junsu. Tak menemukannya, ia pun melihat ke arah meja di sebelah kirinya. Sebuah buku bersampul coklat tua tergeletak di atasnya. Penasaran, ia membukanya.

_________________________________________________________________________________
Kamera Obscura
Oleh: Dr. Kim Kibum

Setelah mengadakan penelitian cukup lama, aku akhirnya mampu menyempurnakan fungsi Kamera Obscura ini. Kamera Obscura, adalah sebuah kamera kuno yang mampu mengusir sekaligus melihat benda-benda yang tak bisa dilihat oleh mata. 


Cara menggunakannya memang sama seperti kamera pada umumnya, hanya hasil yang diciptakannya saja yang berbeda. Jika kamera biasa hanya mampu menangkap gambaran mahluk-mahluk tersebut, kamera ini dapat menangkap sekaligus menyegel keberadaan makhluk-makhluk tersebut.Namun, kekuatan kamera ini untuk menyegel terbatas. Hal ini memungkinkan makhluk yang telah disegel tadi kembali lagi.

_________________________________________________________________________________


Yoochun menutup buku tersebut. Sebuah etalase kaca – yang sudah pecah – bergetar di belakangnya. Menampakkan isinya, sebuah kamera kuno. Yoochun mendekatinya. Mungkinkah ini kamera yang disebutkan di buku tadi? Ia mengambilnya, lalu ia melihat ke layar kamera tersebut – lalu menggerakkannya ke sebelah kanan. Kembali ke kiri. Mendadak kamera tersebut menangkap sosok seorang yeoja yang mengenakan dress putih. Terkejut, Yoochun tak sengaja menekan tombol shutter kamera tersebut. Yeoja tadi tampak kesakitan, lalu menghilang.

Yoochun menatap ke arah kamera di tangannya dengan tatapan horor. Rupanya buku tadi benar, kamera ini mampu.. Ah, sudahlah! Ia perlu mencari Junsu. Masih dengan kamera tersebut di tangan, Yoochun melangkah ke arah pintu keluar, berniat membukanya. Tiba-tiba, dua yeoja dan seorang namja muncul di belakangnya. Yoochun segera memotret namja yang paling dekat dengannya itu. Namun, belum sempat ia menyegel namja tersebut, kedua yeoja tadi memukul tangan Yoochun yang memegang kamera tersebut, mengakibatkan kamera tersebut terlempar jauh. ‘Fuck!’, pikirnya. Ia baru saja akan berlari mengambilnya, ketika ketiga ‘orang’ tadi mengelilinginya di depan pintu, lalu menyerangnya secara bersamaan. Mengakibatkan Yoochun terjatuh perlahan, pingsan dengan bersandar pada pintu.

TBC
Pojok curcol(?):Uohohoho, gimana? Yang nggak ngerti fatal frame pasti bingung akut =3=Yang ngerti pun paleng paleng juga bakalan kagak ngerti(?), soalnya ini khan fatal frame 4 – jarang banget keberadaannya di indo =3= xDAuthor F aja untung2 an banget dapetnya xDDD
Kalau bingung, coba deh buka wikia-nya fatal frame :http://www.cameraslens.com/fatalframewiki
Author-deul juga pusing bikinnya =3=
Tapi ntar ada yang nggak sama ama fatal frame 4 looh, ditunggu aja =3= #nggak ngerti nantang ganti2 alur# XD
Okeh, adakah yang berkenan me-review ff gaje abis ini? Flame diterima loh =3= pake saran tapi 8D
Keep or Delete?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar