ATTENTION: FIC INI ADA CHAPTER 0-NYA.
HARAP BACA DULU CHAPTER 0-NYA #capsjebol
Title : Fatal Frame 4 –K-Pop version-
HARAP BACA DULU CHAPTER 0-NYA #capsjebol
Title : Fatal Frame 4 –K-Pop version-
Author : Cho Luna Kuchiki & FDF
Disclaimer : Semua karakter yang ada di
dalamnya milik pribadi, manajemennya, dan orang tua. Sedangkan Fatal Frame
milik Tecmo. Author hanya punya fanfic abal ini =3=
Warning: gaje, abal, OOC akut, sho-ai,
typo(s), alur nyontek(?), kecepatan akut, dsb.
Fatal Frame 4
Chapter 1 : Out of Tune (Lee Jaejoong & Jung Yunho)
‘Sesuatu yang tak diingat oleh
seorang pun,
Lama-kelamaan akan menjadi
sesuatu yang tak pernah ada, bukan?’
Namja cantik itu
menekan tuts-tuts piano yang ada di depannya. Menciptakan serentetan melodi
yang terdengar indah, namun juga terasa suram.
‘Aku tak memiliki memori akan
masa kecilku,
tentang pulau tempat aku
tinggal saat masih kecil,
tentang rumah yang kutempati
dulu,
bahkan tentang ayahku
sekalipun.
Aku tak dapat mengingat apapun,
sebelum kami diculik.
Kelima namja yang ditemukan
bersamaku,
juga tak dapat mengingat apapun.
Satu-satunya hal yang mampu
kuingat samar-samar,
hanyalah sepenggal melodi..’
Kilasan-kilasan masa
lalunya mulai bermunculan di kepalanya. Bersamaan dengan munculnya
kilasan-kilasan tersebut, melodi yang awalnya ia mainkan dengan tempo lambat,
lambat laun menjadi cepat.
Di bawah sinar bulan, di tengah kerumunan orang
banyak, nampak enam namja kecil, semuanya mengenakan yukata putih dan sebuah
topeng kayu. Empat di antaranya nampak memainkan alat musik yang berbeda-beda,
sedangkan dua sisanya nampak menyanyi bersama. Mereka berenam berdiri,
membentuk suatu lingkaran besar. Di tengah lingkaran tersebut, nampak seorang
namja dewasa, mengenakan yukata berwarna merah darah dan sebuah topeng kayu
yang berwarna hitam, dengan rambut pendek berwarna kuning cerah. Namja tersebut
nampak menari seperti seorang ‘geisha’. Secara mendadak, namja tadi tampak
kehilangan kendali. Ia terlihat oleng, lalu berlutut sambil menengadahkan
kepalanya, melihat ke arah bulan. Secara mendadak, topeng kayu yang dikenakannya
retak dan terbelah menjadi empat.
----
Namja tadi tampak
tersentak, mengakhiri kilasan masa lalunya tadi dengan paksa. Setelah mengatur
napasnya, ia menundukkan kepalanya, tampak memikirkan sesuatu.
‘Dan dengan itu, kilasan tadi
selalu terhenti.
Melodi yang membuatku mengingat
sekeping memori masa kecilku..
Memori apa itu?’
“Ya! Jaejoongie~!
Kemari!”, teriak seorang namja dari dek kapal yang terletak di depan ruangan
yang ditempatinya kini. Namja itu segera mengangkat kepalanya dan berdiri,
menuju ke arah orang yang memanggilnya.
“Wae, Yunho-ya?”,
ucapnya sambil berjalan. Yunho menunjuk ke arah utara. Samar-samar, Jaejoong
dapat melihat sesuatu yang muncul dari balik kabut tebal yang mentupinya.
“Itu…Pulau
Rougetsu…”, gumam Jaejoong lirih.
‘Dua temanku meninggal dunia,
Zhoumi dan Henry,
Dua orang lainnya, yang dulu ikut
diculik bersamaku..’
Ia mengeluarkan selembar foto dari sakunya. Dalan
foto itu, nampak seorang namja kecil dan seorang yeoja dewasa. Namja kecil itu
tampak ceria – di dalam pelukan yeoja berambut blonde sepunggung itu. Itu adalah foto dirinya – bersama ibunya,
waktu dulu ia masih kecil. Di belakang keduanya, nampak sebuah rumah sakit kuno
bergaya Jepang – dengan hiasan sebuah bulan dengan awan yang bergulung-gulung
di atap utamanya.
‘Yoochun dan Junsu mengatakan
bahwa mereka akan kembali ke pulau ini.
Mereka belum kembali.’
0o0o0
Seorang yeoja tampak terbaring lemah di atas
sebuah kasur. Mata yeoja itu terpejam, seolah ia akan segera menyambut ajalnya.
“Jangan mendekati pulau itu, Jae.”
“Eomma..”
“Kadang, lebih baik tak tahu apa-apa..”
0o0o0
‘Walau begitu, aku sangat
ingin mengetahuinya,
apa yang terjadi saat itu..
Dan memastikan.. bahwa aku akan
mengembalikan ingatanku yang hilang.’
Jaejoong dan Yunho
menghentikan langkahnya. Keduanya mengangkat kepalanya, menatap rumah sakit
kuno di depan mereka. Tangan kiri Yunho bergerak, meraih tangan kanan Jaejoong.
Menggenggamnya erat. Dan menuntunnya memasuki rumah sakit itu, bersama-sama.
Yunho mengarahkan
senternya ke sekeliling resepsionis rumah sakit itu – yang sama sekali tidak
bisa dikatakan kecil. Di sebelah kanan pintu masuk, ada sebuah jam kuno besar –
dengan gambar fase-fase bulan menggantikan angka jam. Di sebelah kanan jam kuno
tersebut, ada sebuah meja resepsionis – yang sudah tak berbentuk. Di bagian
kanan meja tersebut terdapat sebuah telepon kuno. Di sebelah kanan meja
resepsionis tersebut, ada sebuah lorong kecil – entah ke mana.
Di tengah
langit-langit ruangan, terdapat lampu gantung besar tua yang menghiasi ruangan
itu. Di pinggir sebelah kanan ruangan terdapat dua buah sofa, dengan sebuah
gramaphone yang membatasi kedua sofa tersebut. Di depannya dan Jaejoong
terdapat sebuah ‘Gerbang Tori’(gerbang masuk yang biasanya ada di kuil-kuil
shinto) yang diberi hiasan naga di atasnya, dilengkapi sebuah ‘Shimenawa’(tali tambang yang terbuat
dari jalinan jerami yang disucikan – lalu dipasangi beberapa kertas yang
dilipat-lipat secara zig-zag). Di balik gerbang tersebut, terlihat sebuah
tangga besar, dengan sebuah gerbang besar di ujungnya.
Yunho menarik tangan
Jaejoong, mengajaknya menaiki tangga di depannya. Setelah sampai di atas, ia
berusaha membuka gerbang tersebut, namun bukannya terbuka, ia malah menemukan
sebuah kertas terselip di antaranya. Dengan tulisan yang persis dengan tulisan
Yoochun. Mereka berdua membaca isinya perlahan, berusaha mencari petunjuk
keberadaan temannya itu.
________________________________________________________________
Sejak pertama kali aku melihat Pulau Rougetsu,
rasanya dadaku terus berdebar-debar.
Aku tak bisa mengingat apapun – saat aku berada
di sini dulu, tapi aku terus merasa seolah tercekik.
Seperti yang Junsu katakan, mungkin ada sesuatu di
pulau ini.
Secara tiba-tiba, Junsu mengatakan bahwa ia akan
pergi ke Pulau Rougetsu, dan aku ikut karena aku mengkhawatirkannya.
Dia tak mau mengatakan alasannya, berapa kalipun
aku bertanya kepadanya.
Aku khawatir Junsu telah ditipu seseorang sehingga
ia pergi ke pulau itu.
Semakin lama, kami semakin dekat dengan pulau itu.
Junsu terus menatap pulau itu dengan tatapan
dingin. Ketika ia mengalihkan pandangannya dariku, aku merasa seolah ia semakin
jauh dariku.
Jika, seperti Zhoumi dan Henry,
Junsu juga akan menghilang…
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Setelah mereka
membacanya, akhirnya mereka memutuskan untuk turun, kembali ke ruang
resepsionis tadi. Namun, baru saja mereka menuruni lima anak tangga, tiba-tiba muncul Yoochun,
berjalan lurus menuju lorong yang ada di sebelah kanan meja resepsionis tadi.
“Yoochunie!”, teriak
keduanya, memanggil Yoochun. Tak digubris, mereka akhirnya mengikuti Yoochun.
Memasuki lorong kecil tadi. Lorong itu pendek, mungkin hanya sekitar empat
sampai lima
meter, dengan sebuah pintu kayu di ujungnya.
Mereka berdua membukanya.
Di depan mereka, tampak Yoochun memasuki sebuah ruangan, dan pintu yang
dimasukinya pun tertutup, pelan. Kembali, mereka berdua mengikutinya. Di
samping pintu tadi, nampak sebuah papan bertuliskan “Museum Dr .
Kim Kibum”. Akhirnya, mereka berdua membuka pintu itu dan memasukinya.
Di sebuah etalase
dekat pintu, Jaejoong melihat sebuah guntingan koran yang menarik perhatiannya
– karena memuat sebuah foto seseorang yang meninggal dengan pose yang sama
ketika Zhoumi dan Henry ditemukan. Penasaran, ia pun mengambil dan membacanya.
Punahnya Penduduk Pulau Rougetsu
Kemarin sore, pukul 5.30, ketika kapten kapal
"Cassiopeia" tiba di salah satu pelabuhan Pulau Rougetsu , ia
melaporkan bahwa banyak penduduk pulau yang telah tewas.
Pada saat penemuan, para polisi khawatir bahwa
mereka itu telah terinfeksi oleh suatu penyakit, karena mereka semua ditemukan
dalam keadaan mengerikan dengan kedua tangan menutupi wajah mereka.
Dimana penduduk pulau yang tersisa?
Jejak-jejak penduduk pulau tersebut memang
ditemukan, namun polisi masih belum menemukan orang-orang yang selamat.
Sebelum polisi menemukan mayat-mayat yang
tersisa, pencarian akan terus dilakukan.
Terlepas dari kenyataan bahwa
banyak penduduk pulau yang mati atau hilang, tidak ada bukti kecelakaan atau
perlawanan. Para penduduk pulau tampaknya
telah tiba-tiba menghilang di tempat kejadian, dan polisi telah mengumumkan
bahwa leher mayat-mayat itu terpelintir dengan tidak wajar.
Jaejoong terkejut.
Ternyata, keadaan kedua temannya itu bisa dibilang ‘wajar’ di pulau ini. Ia
menunjukkan guntingan koran tadi pada Yunho, yang tampaknya juga menemukan
sebuah buku bersampul coklat tua. Mereka berdua bertukar pandang, sebelum
akhirnya menukar barang yang mereka temukan. Jaejoong kembali membaca buku yang
Yunho temukan tadi.
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Tentang Pulau Rougetsu
dan
Ritual Tari Kagura
Pulau Rougetsu, biasa dikenal sebagai "Pulau
yang Paling Dekat dengan Neraka", sejak dulu memang selalu ditakuti. Namun
seiring waktu berjalan, Kepulauan Rougetsu tampaknya tidak lagi menjadi tempat
yang tertutup bagi orang luar.
Dulu, ada beberapa bencana besar yang
menghancurkan pulau itu, namun, nampaknya lambat laun pulau ini mulai pulih.
Bukannya menjauhi orang asing sepertiku,
penduduk pulau ini malah memperkenalkanku dengan budaya berharga Pulau
Rougetsu: Ritual Tari Kagura, juga ukiran-ukiran bulan berawan yang indah di
pulau ini.
Sepertinya, sambutan penduduk pulau ini mulai
mempengaruhiku.
Aku datang ke pulau ini untuk mencari bahan untuk
kamera obscura, secara khusus untuk kepercayaan para penduduk pulau ini.
Di pulau ini, bulan dianggap sebagai obyek
keagamaan.
Di sini, ketika bulan berada di dalam matahari –
lewat gerhana, memori, sifat.. dan karenanya, jiwa seseorang terungkap.
Menurut mereka, meskipun tubuhnya hilang, jiwa seseorang
tetap ada di "Dunia Lain", dan bulan adalah pintu menuju Dunia Lain.
Bulan, tentu saja dijadikan simbol dari Dunia Lain.
Jiwa-jiwa orang mati kembali ke pulau selama
tarian Kagura, dan ini juga adalah fungsi utama dari topeng-topeng yang dibuat
oleh penduduk pulau itu.
Para gadis kuil memakai topeng selama ritual, dan
diyakini bahwa saat ritual ini dilangsungkan, bulan membuat kontak antara dunia
ini dan dunia orang mati.
Ada lebih dari satu jenis topeng
di pulau ini. Berbagai jenis topeng digunakan untuk keperluan
yang berbeda-beda. Dengan meneliti topeng ini, aku pasti akan bisa membuat kemajuan
besar dalam penelitianku tentang Dunia Lain.
________________________________________________________________
Jaejoong dan Yunho baru saja berjalan beberapa langkah, ketika tiba-tiba mereka mendengar suara jepretan kamera. Dan di depan mereka, tergeletak di lantai, ada sebuah kamera kuno. Jaejoong membungkuk, mengambil kamera tersebut.
________________________________________________________________
Jaejoong dan Yunho baru saja berjalan beberapa langkah, ketika tiba-tiba mereka mendengar suara jepretan kamera. Dan di depan mereka, tergeletak di lantai, ada sebuah kamera kuno. Jaejoong membungkuk, mengambil kamera tersebut.
“Apa ini kamera
obscura yang disebutkan di buku tadi?”, gumamnya. Yunho hanya terdiam, ia tak
bisa membawa kamera tersebut, karena tangan kanannya sudah memegang sebuah
senter.
Sebuah kertas kecil
terjatuh dari kamera tersebut. Yunho mengambilnya.
“Bukankah ini tulisan
Yoochun?”, tanya Yunho.
“Lagi?”, tanya
Jaejoong. Mereka pun membacanya berdua.
________________________________________________________________
Waktu terasa bergulir begitu cepat, aku telah
berada di Pulau Rougetsu sekarang.
Sejak aku sampai di pulau ini, perasaan pusing
yang menyerangku semakin parah.
Udara serasa tak bergerak,
rasanya begitu menyakitkan untuk bernapas
sekalipun.
Sampai saat ini, suasana dan melodi mengingatkanku
akan hal-hal yang telah kulupakan.
Sama seperti saat Jaejoong memperdengarkan
melodi yang dibuatnya padaku.
Walaupun aku mengingat beberapa hal, hal-hal
itu tak cukup jelas.
Hanya seperti rasa sakit, atau sentuhan…
Hal-hal yang terlalu samar untuk diucapkan
lewat kata-kata.
Namun, sekarang perasaan ini berubah. Dari
dalam diriku, seolah sesuatu yang besar dan gelap akan keluar.
Suatu hari, ia akan menembus pikiranku.
Setidaknya, mungkin semuanya akan
membaik jika aku menunggu Jaejoong dan Yunho untuk datang kemari.
________________________________________________________________
Merasa ada yang
memperhatikannya, Jaejoong membalikkan badannya. Di balik salah satu pintu –
bukan pintu yang mereka lewati sebelumnya, ada sebuah celah kecil – namun
terlalu gelap untuk melihat apa yang ada di baliknya. Penasaran, ia menyuruh
Yunho untuk mengarahkan senternya ke celah tersebut. Betapa terkejutnya mereka
berdua, ketika mereka melihat wajah Yoochun, menatap ke arah mereka dengan
tajam.
________________________________________________________________
“Yoo-Yoochunie?”, ucap
Jaejoong takut. Sesaat kemudian, Yoochun bukannya menjawab panggilan Jaejoong,
melainkan malah membanting pintu itu keras.
“Yoochunie!”, panggil
Yunho. Ia berlari ke arah pintu itu, berusaha membuka pintu yang dibanting
Yoochun tadi. Namun hasilnya nihil, bukannya pintu itu terbuka, melainkan malah
kamera yang ada di genggaman Jaejoong bergetar. Mereka berdua berpandangan
bingung.
“Coba foto pintu ini
dengan kamera itu, mungkin akan terjadi sesuatu.”, ucap Yunho ragu. Jaejoong
mengangguk ragu, dan mengarahkan kamera tersebut ke arah pintu itu, lalu
menekan shutternya.
Anehnya, yang muncul
di layar kamera tersebut bukanlah foto sebuah pintu kayu, melainkan foto lima buah topeng yang
digantungkan di suatu tembok, dengan topeng yang berada di –kedua dari kiri-
tampak tak jelas.
“Mungkinkah.. kita
harus mencari tempat topeng-topeng ini digantungkan?”, ucap Jaejoong lirih.
Yunho mengangguk.
“Mungkin sesuatu akan
terjadi jika kita menemukannya. Kajja, kita keluar dari sini!”, ucapnya,
menarik tangan kanan Jaejoong untuk keluar dari ruangan tersebut. Saat ia
hendak membuka pintu tersebut, bayangan seorang yeoja tampak di kaca yang
terdapat di pintu itu. Setelah beberapa detik, yeoja itu menghilang.
Setelah menelan ludah
ragu, ia pun akhirnya memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Ia melihat ke
sebelah kirinya. Tak ada apapun. Ia menoleh ke sebelah kanan…
“Kyaah!”, jerit
Jaejoong, setelah melihat sosok yang ada di sebelah Yunho. Yeoja yang
dilihatnya itu memakai pakaian perawat, dengan wajah penuh bekas luka.
Lagi-lagi, kamera yang ada di tangan Jaejoong bergetar perlahan.
Memutuskan untuk
mengikuti ‘perintah’ kamera tersebut, Jaejoong memberanikan diri untuk memotret
perawat yang mulai bergerak perlahan ke arahnya itu. Tak diduganya, setelah ia
menekan tombol shutter, sang perawat
tampak kesakitan, lalu berlutut dan menghilang.
“Dia menghilang.. Apa
itu barusan? Dia terlihat seperti seorang perawat, tapi… Apa tadi itu kekuatan
kamera ini?”, gumam Jaejoong ketakutan. Yunho yang merasakan gelagatnya, meraih
tangan kanan Jaejoong dan meremasnya, berusaha menenangkan Jaejoong. Beberapa
saat kemudian, mereka kembali berjalan ke arah kanan, terus memasuki lorong
tersebut, dan membuka pintu yang ada di ujung lorong, sambil melihat ke arah
dinding, barangkali mereka menemukan topeng yang ada di foto tadi.
Mereka terus menyusuri
lorong tadi, sampai mereka kembali menemukan sebuah pintu di ujung lorong.
Setelah memasukinya, mereka sampai di sebuah hall kecil. Mereka berjalan lurus,
hingga sebuah tawa anak kecil dari sebelah kanan mereka menginterupsi
perjalanan mereka. Mereka menoleh ke sumber suara, dan melihat seorang anak
laki-laki yang berlari, lalu menghilang di depan sebuah pintu.
“Eh? Dia menghilang?”,
ucap Jaejoong bingung.
“Kita coba ikuti saja
anak itu.. Mungkin ia bisa menunjukkan jalan kepada kita.”, ucap Yunho.
Akhirnya, mereka pun mengikuti anak itu, memasuki pintu kayu yang ada di
sebelah kanan mereka.
Di balik pintu itu,
nampak sebuah ruang makan luas, dengan beberapa lilin yang menyala di dalamnya,
memberi penerangan, walaupun hanya samar-samar.
“Ruangan ini terlalu
luas, bagaimana kalau kita berpencar? Aku ke sebelah kanan, kau ke sebelah
kiri.”, usul Yunho. Jaejoong mengangguk, ragu.
Sementara itu,
Yunho segera memulai pencariannya. Di
atas sebuah piano, ia menemukan sebuah kertas – yang tampaknya lagi-lagi
ditulis oleh Yoochun. Ia baru akan memanggil Jaejoong ketika ia mendengar
jeritannya.
“Kyaah!”
Mendengar jeritan
Jaejoong, Yunho segera berlari menghampiri Jaejoong dan membantunya berdiri.
“Wae? Apa kau melihat
sesuatu?”, tanyanya panik.
“Di balik counter
itu..”, ucap Jaejoong takut sambil menunjuk counter tadi dengan tangan gemetar.
“Eh? Aku tak melihat
apapun?”, ucap Yunho bingung.
”Mungkin.. ia juga menghilang..”, balas Jaejoong lirih. Yunho memeluk tubuh Jaejoong erat, berusaha menenangkannya. Namun, pelukan itu tak berlangsung lama, karena ia melihat perawat tadi – menoleh ke arahnya setelah menyentuh sesuatu di meja bulat di tengah ruangan. Ia melepaskan pelukannya.
”Mungkin.. ia juga menghilang..”, balas Jaejoong lirih. Yunho memeluk tubuh Jaejoong erat, berusaha menenangkannya. Namun, pelukan itu tak berlangsung lama, karena ia melihat perawat tadi – menoleh ke arahnya setelah menyentuh sesuatu di meja bulat di tengah ruangan. Ia melepaskan pelukannya.
“Jae.. perawat tadi
tampaknya menyentuh sesuatu di meja itu.. Kita lihat dulu, ne?”, ucapnya. Jaejoong hanya mengangguk pelan. Yunho
mengambil sebuah kunci di atas meja itu. Kunci biasa, dengan gantungan kunci
berbentuk persegi dengan ukiran awan di sisi-sisinya. Yunho menemukan sebuah
kertas – tepat di bawah kunci yang barusan ia temukan. Ia mengambil kertas
tersebut, lalu membacanya dengan seksama bersama Jaejoong.
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Cara Membuka Gerbang Menuju
Lantai Dua
Pertama, nyalakan control panel di ruang
penyimpanan – yang berada tepat di bawah tangga besar di Entrance Hall.
Kedua,ubah deretan angka yang ada hingga jika
dijumlahkan menghasilkan angka 13.
Tolong jangan mengoperasikannya
tanpa ijin dari Management Office.
________________________________________________________________
“Oh ya, tadi aku juga
menemukan kertas ini di atas piano di sana ,
sepertinya ini juga ditulis oleh Yoochun.”, ucap Yunho setelah membaca kertas
tadi.
________________________________________________________________
“Jinja? Mana?”, ucap
Jaejoong
“Ini..”, Jawab Yunho,
menyerahkan kertas yang ada di tangannya kepada Jaejoong.
________________________________________________________________
Mungkin, aku hanya akan menulis sesuatu.
Apapun itu, aku akan menulisnya, karena jika aku
tak menulis
apapun,
Hal itu hanya akan pergi, hilang begitu saja.
Jika aku tak menuliskannya, aku
melupakannya.
Jika aku tak menuliskannya,
semua akan berakhir.
Aku melupakan sesuatu, namun semuanya akan
segera berakhir.
Hal itu terus mendekat, perlahan, ia terus
mendekat.
Meleleh.
Eomma, tolong aku
Tolong.
Se mua orang memperlakukanku
Seperti sebuah mainan
Berhenti membuatku takut
________________________________________________________________
“Kenapa ia menulis
patah-patah seperti ini?”, ucap Jaejoong heran.
________________________________________________________________
“Molla, kajja, kita ke
tempat penyimpanan yang disebutkan catatan tadi saja!”, balas Yunho.
“Um..”, ucap Jaejoong
pelan. Ia mengikuti Yunho, menuju sebuah pintu besar di ujung lain ruang makan
tersebut. Namun, tiba-tiba ia berhenti di sebelah kanan pintu itu.
“Yun.. bukankah ini
topeng yang ada di foto tadi?”, ucapnya, menatap ke arah deretan topeng yang
digantung di sebelah kanan pintu itu.
“Ne, sepertinya
begitu. Tapi, kenapa topeng kedua dari kiri itu hilang?”, balas Yunho bingung.
Belum sempat jaejoong
menjawab, tiba-tiba seorang anak laki-laki, mengenakan sebuah topeng kayu,
muncul di sebelah kiri Yunho. Anak itu segera berbalik, lalu menghilang di pintu besar tadi.
“Itu dia! Pasti
topeng yang dipakai anak itulah topeng yang seharusnya ada di sini! Kajja, Jae,
kita ikuti dia!”, ucap Yunho, menarik Jaejoong melewati pintu besar itu.
Mereka berjalan
lurus, menyusuri lorong itu, hingga mereka menemukan sebuah potongan koran di
atas sebuah kotak kecil di ujung lorong tersebut. Kembali, potongan koran tersebut menampakkan
foto seseorang dengan pose yang masih sama – kedua tangan yang menutupi wajah.
________________________________________________________________
Kematian orang terakhir
Pada jam 10 pagi ini, diumumkan bahwa seorang gadis
yang sedang dirawat di rumah sakit, orang terakhir yang selamat dalam kasus
hilangnya para penduduk Pulau Rougetsu, telah meninggal.
Penyebab kematiannya adalah syok yang
diperparah oleh kelemahan fisik.
________________________________________________________________
“Eh? Lalu? Perawat
itu? Anak kecil itu? Mereka…”, ucap Jaejoong pelan.
________________________________________________________________
“Apakah mereka..
hantu?”, tebak Yunho.
“Umm.. mungkin..”,
balas Jaejoong lirih.
“Aah, sudahlah! Yang
penting sekarang kita dapatkan topeng itu!”, ucap Yunho akhirnya. Jaejoong
hanya mengangguk pasrah, mengikuti langkah Yunho menuju ke arah kiri, mengikuti
lorong tersebut. Di ujung lorong tersebut, nampak sebuah pintu besar. Menera
memasukinya, dan mereka kembali ke Entrance
Hall – melalui jalan yang berbeda. Karena tak menemukan suatu pintu ataupun
control panel di sekitar mereka,
akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke sisi lain dari tangga, mencari control panel yang disebutkan dalam
catatan tadi.
Ketika mereka sampai
di depan tangga, mendadak muncul anak kecil yang tadi mereka ikuti, menatap ke
arah mereka berdua sambil menggumamkan sesuatu di balik gerbang besar menuju ke
lantai dua, lalu kembali menghilang. Mereka terdiam sejenak, sebelum akhirnya
melanjutkan perjalanan mereka ke sisi lain tangga. Di sana , mereka menemukan sebuah pintu, yang
nampaknya terkunci.
“Coba saja kunci yang
tadi, Yun.”, usul Jaejoong. Yunho mengangguk setuju, lalu mengeluarkan kunci
yang ditemukannya tadi, mencoba membuka pintu di depannya. Cocok. Mereka
memasukinya. Di balik pintu itu, nampak sebuah ruangan sempit. Di sisi
kanannya, terdapat beberapa benda rusak, sebuah replika burung gagak berukuran
besar, serta tumpukan kardus berdebu. Sedangkan di sebelah kiri mereka terdapat
sebuah lemari kayu kecil, tergantung di tembok, dengan dua buah kabel
tersambung dengan sesuatu di dalamnya. Di sebelah kanan lemari tersebut, nampak
sebuah mumi, disandarkan ke tembok dengan posisi berdiri. Di lantai dekat kaki
mumi tersebut, mereka melihat sebuah guntingan koran, dengan foto yang masih
sama seperti beberapa guntingan koran yang mereka temukan sebelumnya.
“Kurasa itu control panel yang disebutkan, Yun.”,
ucap Jaejoong, menunjuk lemari kayu kecil tadi.
“Ne, aku rasa begitu.
Tapi, aku penasaran dengan guntingan koran itu, kenapa fotonya selalu sama dan
tergeletak di mana-mana? Seolah.. meminta untuk ditemukan dan dibaca..”, balas
Yunho, seraya mengambil guntingan koran tersebut.
________________________________________________________________
Kasus Orang Hilang
Dua minggu telah dilewati sejak pencarian
dilakukan, namun keberadaan para penduduk pulau masih belum diketahui.
Para penduduk hilang saat musim panas, dan
sejak pencarian dimulai, banyak yang khawatir bahwa pencarian tidak akan
dilanjutkan.
Penyebab kematian para penduduk pulau juga
masih belum diketahui.
Telah dipastikan bahwa para penduduk tidak
terkena wabah apapun. Namun,sampai sekarang, belum ditemukan penyebab kematian
yang spesifik.
Polisi mengatakan bahwa ada
hubungan yang patut dicurigai tentang menutupi wajah mereka dan wajah mereka
yang ditemukan dalam keadaan hancur, seolah kulitnya
ditarik-tarik ke segala arah.
________________________________________________________________
Mereka saling berpandangan.
Lalu, apa penyebab kematian Zhoumi dan Henry? Yunho menghela napas.
________________________________________________________________
“Sudahlah, kita lihat control panelnya saja dulu.”, ucapnya.
Jaejoong mengangguk, dan mereka berjalan mendekati control panel tersebut. Baru saja mereka akan membukanya, tiba-tiba
mumi yang ada di sebelah kanan mereka bergerak. Yunho dan Jaejoong terkejut,
lalu menatap horor ke arah mumi yang ada di sebelah kanan mereka tersebut.
“Yuun~ cepat aktifkan control panel itu, lalu kita keluar dari
sini!”, ucapnya takut, masih super kaget karena pergerakan mumi tadi.
Yunho mengangguk
pelan, lalu membuka lemari kayu itu. Di dalamnya, tampak lima deret angka – yang bisa digerakkan ke
atas dan ke bawah. Persis seperti cara mengoperasikan sebuah circuit breaker, atau disingkat MCB. (supaya yang bingung bisa cari
gambarnya di internet XD) Keduanya tampak menatap deretan angka itu bingung.
“Mungkin, kita harus
mengubah susunan angka ini sehingga jika dijumlah menjadi 13?”, tebak Yunho.
“Ah! Ya! Pasti
itu. Emm..coba ini diturunkan.. terus..
”, balas Jaejoong, sibuk mengotak-atik susunan angka tadi.
“4-5-1-0-3. itu 13 kan ?”, ucap Yunho,
membanti Jaejoong.
“Humm..”, gumam
Jaejoong, mengubah susunan angka tadi seperti perintah Yunho.
Grak~!
Yunho dan Jaejoong
menengadahkan kepalanya begitu mendengar bunyi tadi.
“Mungkin gerbang tadi
sudah terbuka.. Kajja!”, ucap Jaejoong semangat, sambil menarik Yunho keluar
dari ruangan itu. Sebelum mumi tadi bergerak lagi..
Mereka pun
menaiki tangga besar tadi. Baru dua anak tangga mereka naiki, mendadak
terdengar bunyi telepon dari meja resepsionis.
Kriing…
”Yu-yun.. Siapa
yang menelepon itu?”, ucapnya takut. Yunho hanya mengangkat bahu, bingung.
Kriing…
Kriing…
Kriing…
Kriing…
“Aah, sudahlah! Kita
angkat saja!”, ucap Yunho frustrasi, merasa terganggu dengan bunyi telepon itu.
Mereka berdua pun mendekati telepon kuno itu, dan Yunho mengangkatnya.
“Yeoboseo….”
“Kem..balikan…..Kemba…likan… Kembalikan….”, jawab telepon tadi, dengan suara tak jelas
dan nada horor.
Yunho menatap gagang
telepon itu ngeri. Kemudian membantingnya kembali ke tempatnya, mengakhiri
suara horor tadi.
“Mwo.. Mwoya?”,
ucapnya takut.
“Wae, Yun?”, tanya
jaejoong penasaran.
“Hum.. telepon tadi hanya
mengatakan “Kembalikan” tiga kali, dengan suara terpatah-patah dan nada
horor.”, jawab Yunho, masih kaget.
“E-eh? Ah, kita ke
lantai dua saja.. Aku takut~”, ucap Jaejoong. Yunho hanya mengangguk pasrah,
lalu kembali menaiki tangga. Mendadak, di lantai dua, muncul seorang
perawat,dengan seorang yeoja berambut hitam sebahu, dengan dress hitam
kemerahan yang berenda di bagian kerah dan bagian bawah dress itu. Kemudian
menghilang ke arah kanan. Penasaran, mereka berdua mengikutinya.
Di lantai dua, mereka melihat
sebuah ruangan kecil yang nampak seperti loket, dengan sebuah pintu di sebelah
kiri ruangan kecil itu. Mendadak, terdengar bunyi benda jatuh dari arah pintu
itu. Mereka pun membukanya, memasuki lorong itu.
Setelah pintu tertutup
dengan suara keras, mendadak muncul yeoja tadi – yang memakai dress hitam –
kali ini tanpa perawatnya. Beberapa detik kemudian, ia menghilang. Mereka pun
melanjutkan perjalanan mereka – menyusuri lorong itu. Di tengah lorong itu,
manik mata Jaejoong kembali menangkap sosok sebuah kertas – dengan tulisan
tangan Yoochun. Ia membungkuk, lalu mengambilnya.
________________________________________________________________
Saat aku melihat
Saat aku melihat
wajahku
aku tidak
mengerti
wajahku
akan
menjadi apa
Aku tidak mengeali wajahku sendiri
wajahku
tahu
wa
jah ku
dua
orang
sama
________________________________________________________________
“Kenapa tulisannya
mengerikan begini, sih?”, ucap Jaejoong kesal.
“Molla.. mungkin
terjadi sesuatu pada Yoochun.. Kajja!”, ucap Yunho. Jaejoong mengangguk. Namun, ketika mereka mengangkat
kepala mereka, di depan sebuah pintu di bagian kiri lorong itu, mendadak muncul
anak kecil bertopeng tadi, menatap ke arah pintu itu, lalu menghilang.
“Anak kecil itu!
Kajja, kita ikuti dia!”, ucap Yunho, menarik tangan Jaejoong, lalu berlari
menghampiri pintu itu. Di depannya, terdapat sebuah papan kecil bertuliskan
sesuatu – yang nampaknya mengandung nama anak itu.
206 – Anxious Moon
Lee Jinki
Mereka pun
memasukinya. Mereka terkejut, kamar anak itu benar-benar berantakan. Mereka
menghampiri meja kecil di pojok kanan ruangan itu, di atasnya nampak sebuah
buku kecil – dengan sampul putih dengan gambar seekor ayam di tengahnya. Mereka
pun membukanya – nampaknya buku itu adalah diary anak kecil tadi.
________________________________________________________________
6 April – Hujan
Hari ini, aku menemukannya lagi.
Kali ini, aku menemukannya di ruang makan,
topeng itu.
Mereka tidak bisa mengambilnya! Mereka tidak
boleh mengambilnya!
Mereka harus mengembalikannya!
Aku menemukannya hari ini,
Aku menyembunyikan topeng itu dengan baik,
di bawah ranjang.
Mereka tak akan mengambilnya lagi.
Mereka
datang dan mengambilnya!
jangan ikuti aku
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Mereka berdua
berpandangan, lalu menghampiri tempat tidur di sebelah kanan mereka. Yunho
merogoh bagian bawahnya. Namun, belum sempat mereka menemukannya, mendadak anak
kecil itu muncul di sebelah kanan mereka, dengan posisi duduk dan memandang
lurus ke arah mereka berdua.
“Jae, kameramu!”,
teriak Yunho panik, karena anak itu tengah berjalan ke arah Jaejoong, berusaha
menyerangnya. Jaejoong mengeluarkan kameranya, lalu memotret anak itu.
Masih belum hilang.
“Coba sekali lagi,
ppali!”, panik Yunho. Anak itu sudah dekat, dekat sekali dengan Jaejoong.
Jaejoong memotretnya
sekali lagi.
Berhasil! Kali ini
anak itu tampak kesakitan dan menghilang.
Yunho menghembuskan
napas lega, lalu kembali mencari topeng yang tadi dibawa oleh anak itu.
________________________________________________________________
Topeng itu tak ada.
Topeng itu tak ada.
Seseorang
mencurinya.
Jika mereka tak mengembalikannya segera
aku
akan menghilang dengan cepat
Siapakah yang mencurinya?
Kembalikan
Kembalikan kembalikan kembalikan
Mengh
il ang
Kembalikan
________________________________________________________________
Jaejoong terdiam.
Mungkin anak tadi yang menelepon Yunho. Sedangkan, di saat yang bersamaan,
Yunho telah menemukan topeng itu. Ia menoleh ke arah Jaejoong, terkejut
mendapati Jaejoong tengah membaca sesuatu.
________________________________________________________________
“Apa itu, Jae?”,
tanyanya, menyimpan topeng yang ditemukannya.
“Ani, hanya.. sobekan
diary anak itu. Mungkin tadi dialah yang meneleponmu…”, jawabnya. Yunho hanya
menatap Jaejoong bingung, lalu membacanya.
“Oh, aku mengerti. Ia
meminta mengembalikan ini, eh? Hah, sudahlah. Ayo, kita kembali ke ruang
makan.”, ajak Yunho. Jaejoong mengangguk, lalu mengikuti langkah Yunho, kembali
ke ruang makan.
Di tengah jalan,
seorang yeoja berjubah merah menyerang mereka. Jaejoong memotretnya. Sekali,
dua kali, dan yeoja itu menghilang. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.
Sesampainya di ruang
makan, Yunho menggantungkan topeng itu ke dinding. Bunyi pintu berderit
terdengar. Mereka berpandangan.
“Mungkin.. pintu yang
dikunci oleh Yoochun tadi?”, tebak
Jaejoong.
“Ha? Mungkin juga
sih.. Ya sudah, kajja, kita ke sana !”,
balas Yunho.
Mereka pun kembali,
lewat lorong yang beru saja mereka lewati. Di ujung lorong itu, mendadak
sesosok namja tua muncul di belakang Jaejoong.
“Ja-Jae! Di belakangmu!”,
ucap Yunho, menyadari keberadaan namja itu. Jaejoong pun mengeluarkan
kameranya. Namun, belum sempat Jaejoong memotretnya, mendadak namja tadi
mengayunkan tangannya, memukul tangan Jaejoong, mengakibatkan kamera tersebut
terlempar… ke bawah kaki Yunho.
Yunho mengambilnya. Ia
hampir saja memberikannya pada Jaejoong, ketika dilihatnya namja tadi..
Hampir mencekik
Jaejoong.
“Jae!”, teriaknya
panik. Reflek, ia memotret namja tadi panik, berhasil membuatnya mundur satu
langkah. Ia menekan tombol shutter
sekali lagi, namun tampaknya kamera itu tak mau mengambil foto namja tadi.
“Yun, kamera itu butuh
waktu untuk re-charge, selama tiga
detik.”, teriak Jaejoong, melihat wajah bingung Yunho. Yunho mengangguk,
kemudian kembali memotret namja tadi. Kali ini bisa. Setelah menunggu tiga
detik, ia kembali memotretnya. Dan kali ini namja itu menghilang. Yunho
menghela napas lega, lalu mengembalikan kamera itu kepada Jaejoong.
“Jae, gwaenchana?”,
tanyanya khawatir.
“Ne, lagipula ia tak
mengenaiku. Kajja, kita ke tempat Yoochunie.”, balas Jaejoong, seraya mengambil
kamera tersebut. Yunho mengangguk, lalu meraih tangan kanan Jaejoong,
menuntuknnya kembali ke Museum Dr. Kibum.
Di depan pintu yang
tadi dikunci oleh Yoochun, mereka mendengar suara tangisan, selama sedetik.
Suara tangisan.. Yoochun.
“Wa-wae?”, gumam
Jaejoong takut sekaligus bingung. Kenapa Yoochun menangis?
“Molla, tapi pintunya
tak terkunci, kita masuk saja.”, balas Yunho, membuka pintu di depannya.
Ternyata, ruangan itu adalah sebuah perpustakaan, dengan empat buah rak buku
besar, dengan sebuah jalan lebar di tengah ruangan. Mereka menlewatinya, dan di
ujung jalan, mereka melihat sosok Yoochun, berdiri membelakangi mereka berdua,
dengan kepala menunduk dan kedua tangan menutupi wajah. Persis seperti posisi
seseorang yang sedang menangis.
“Yoo-Yoochunie?”,
panggil Jaejoong cemas. Ia mengulurkan tangannya, berniat menyentuh pundak
temannya itu. Namun, belum sempat ia menyentuhnya, suara Yoochun
menginterupsinya.
“Jaejoongie?”, ucapnya
lirih.
“Yoochunnie..”, balas
Jaejoong, mengira temannya itu ketakutan.
“Jae.. Jaejoongie..”,
balas Yoochun.
“Siapa di sana ? Siapa.. di sana ..?”, lanjutnya,
seraya menolehkan wajahnya ke arah Jaejoong, menampakkan wajahnya yang… seperti
wajah Zhoumi dan Henry saat meninggal?
“Kyaah!”, jerit
Jaejoong, terkejut, lalu mundur beberapa langkah. Yunho pun tampak terkejut,
mendapati temannya dalam keadaan wajah hancur. Yunho tersentak. Lalu,
jangan-jangan.. Yoochun…
“Jae! Coba kau potret
dia!”, teriaknya, merasa dugaannya mungkin benar. Jaejoong mengangguk lemah,
lalu memotret Yoochun.
Yoochun tampak
tersentak, lalu mundur selangkah.
Yunho dan Jaejoong
berpandangan horor. Jadi.. Yoochun.. mungkinkah?
Jaejoong memotret
Yoochun sekali lagi.
Dan sekali lagi.
Kemudian, Yoochun
tampak kesakitan, dan menghilang.
Jaejoong menatap kaget
ke arah tempat Yoochun menghilang.
“Jadi… Yoochun…”, ucap
Yunho pelan. Jaejoong menatap ke arah kanan, tempat Yunho berdiri. Kemudian ke
arah sebuah cermin di belakang Yunho.
Di cermin itu, tampak
wajahnya hancur, persis seperti keadaan wajah Yoochun tadi. Jaejoong tersentak.
Sedetik kemudian, wajahnya kembali seperti semula.
“Tadi.. apa itu?”,
gumamnya kaget, terus menatap ke arah cermin tadi.
“Wa.. wajah..ku…”,
gumam Jaejoong.
TBC
Haaiiiii =3=
Chapter 1 datang =3=
Inilah yang berubah,
tokoh utamanya yang harusnya cuma satu aku jadiin dua, Yunjae =3=
Yunjae shipper manaa~?
XD
Keep or Delete?
Author's Note:
Inilah dia mcb yg tadi disebutkan dalam fanfic:
Tapi kalo yg di fanfic ini, tulisan "O.OFF" nya diganti sama angka lho XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar